Oct 23, 2017

Main ke Bulukumba Sampai Lupa Encok

pantai-marumasa-bulukumba

Apakah cukup obsesif sekali pergi ke suatu tempat maunya jelajah semuanya...? Ataukah terlalu primitif jarang melihat keindahan yang Indonesia punya? Yahh... setidaknya aku tidak posesif dalam hubungan #eh

Apa kaitanya darling ???
----
Perjalanan dari Makasar ke Bulukumba butuh waktu sekitar 4 jam an. Turun gunung terhempas hujan yang tiada henti, ke Toraja jalan-jalan sampai lupa kalo encok, sekarang bablas ke Bulukumba cari air.

Ini bukan serakah. Ini namanya sambil menyelam minum air. Jadi gunung dapat, laut dapat, dan wisata adat dapat.


Dan beginilah kondisi sunrise di Pantai Marumasa


pantai-marumasa-bulukumba
Gimana nggak bikin rindu, kalau begini

pantai-marumasa-bulukumba
Siluet iz namber wa'an

pantai-marumasa-bulukumba
With abang-abang

Ih sumpah lupa ngakak ngga tau kenapa


Yaampun sejelek-jeleknya pantai disini warna air lautnya kayaknya masih turqoise gitu apalagi yang pantai perawan? Pasti indah diajak hidup dimasa depan #laahh



Setelah puas bergaya sampai miring-miringin pinggang, kita lanjut ke tebing-tebing yang udah jadi spot wisata, yang view nya masih Pantai Marumasa. Intinya tebing-tebing ini enak banget buat santai. 

pantai-marumasa-bulukumba
Pantai Marumasa dari salah satu tebing

pantai-marumasa-bulukumba
Suasana pagi 
View dari tebing yang lain

Kita juga bisa masuk ke Tanjung Bira (yang terkenal di tipi-tipi) lewat jalur kun fayakun. Gratis maksudnya. Yang bikin aku terpukau-pukau adalah air laut di pantai sini nggak ada yang biasa. Aku yang terlalu kamvungan dan kurang jalan kali ya. Mangapin deehh...

Pantai-tanjung-bira-bulukumba
Gilz bening kaya Hamish Daud 


pantai-tanjung-bira-bulukumba
Bocah nih item amat cuy...

pantai-tanjung-bara-bulukumba
Baru ku sadari, ternyata belum siap difoto

Pantai Tanjung Bira emang udah punya nama, jadi banana boots udah tercecer dimana-mana. Bukan perawan lagi sih itunganya, tapi tetep aja bagus. Disana kita hanya singgah sebentar ambil foto terus cabut ke Tanjung Bara.

pantai-tanjung-bira-bulukumba
Kurang Pesut Ancol doang ini mah

Macam anak kembar ini pantai. Letaknya hanya bersebelahan dan bedanya disini banyak bule nya. Ya you know lah mereka pada tanning. Lah sini yang kagak tanning, udah item aja #BULEpotan

Di pantai ini kita pasang hammock, gelar matras dan tidur di bawah pohon kelapa sambil kena semilir angin laut. Tentunya dengan view laut yang bikin betah. Kondisi pantai ini ramai, tapi nggak sepadat Tanjung Bira. Jadi, masih ada space buat sekedar chill out dan sampai kebablasan tidur.

Nggak se-crowded Tanjung Bara

pantai-tanjung-bara-bulukumba
Fokus kebelakang saya saja

pantai-tanjung-bara-bulukumba
Candid maning

pantai-tanjung-bara-bulukumba
Lautnya ngga tipu-tipu
Pantai-tanjung-bara-bulukumba
Kurang ke tengah kurang !

pantai-tanjung-bara-bulukumba
Because the weather is too hot raiku jadi looks lusuh  maaan...

Kayaknya di Sulawesi ini mataharinya tujuh ya gan... panas gila menjelang siang. Udah dekil, jadi tambah dekil. Tapi tetep lanjut ke tebing yang sering jadi perbincangan netizen, yaitu... Tebing  Apalarang.  Untung bukan mama-papa larang #paansih
pantai-apalarang-bulukumba
Kalo yang punya nyali, lompat biasanya

Jadi di tebing ini tersohor akan spot lompat yang langsung ke laut. And you know... itu sih tinggi. Cuman pas kesana air laut lagi surut jadi nggak ideal buat lompat. Halah paling kalau pas pasang juga ngacir kabur ke parkiran. Ada itu tetangga saya, udah pernah mendaki Gunung Raung, ngelewatin jembatan siratalmustakim, tapi foto di pinggir tebing mukanya dipenuhi raut ketakutan, kaya dikejar masa lalu gan.... HA HA !

pantai-apalarang-bulukumba
Ngeliatin si Dora tenggelam di bawah
pantai-apalarang-bulukumba
Mencoba bunuh diri tapi urung

Udah kelar muter-muter tebing, nggak afdhol kalau ke Bulukumba nggak liat pembuatan Kapal Phinisi. Itu hlo yang buat kabur si Hayati waktu galau sama Zainudin. Jadilah siang-siang itu kita ke Pantai Mandala Ria.

pantai-mandala-ria-bulukumba
Ekspresi nyari cacing

Sampai disana, kapal phinisi yang lagi di buat berjejer rapi. Dan sebenernya disini lebih menunjukan ke kehidupan masyarakat pesisir. Kalau menurut aku justru jauh dari kesan pantai yang buat wisata. Meski pasirnya warnanya putih dan halus, sehalus kening Raisa, nggak banyak manusia-manusia yang mondar-mandir bawa tongsis disini.

Apalah ini, lupa encok

Otot pada kemana ini

Apakah ini spot terakhir yang kita kunjungi?

TIDAAKKK!!!

Pantang pulang sebelum encok pemirsa !!!

Berhubung sudah satu arah, kita akan pergi ke Suku Kajang. Suku Kajang itu terkenal yang pakai baju serba hitam itu. Perjalanan dari pantai terakhir ini memakan waktu sekitar 1 jam an lebih, untuk menuju kesana.

Sayangnya kita belum sempat masuk ke Perkampungan Suku Kajang dalam. Dikarenakan kendala waktu dan itu treknya sedikit masuk hutan. Perlu di ketahui kalau suku Kajang Dalam itu menempatkan kehidupanya jauh dari segala bentuk modernisasi. Banyak mitos atau entah cerita tentang suku kajang, tapi ya itu adalah bagian dari keanekaragaman Indonsia.

Ekspresi encok semua

Begitulah ending perjalanan ke Sulawesi. Tapi tetap saja nggak berakhir dirumah. Hadiah yang tidak terlihat setelah melalui perjalanan adalah rasa cinta tanah air semakin tumbuh, karena semakin tau bahwa bangsa yang pluralisme ini akan tetap terjaga jika kita tetap bersatu. 

CIAELAH KAYA PIDATO KEBANGSAAN YAAA ENDINGNYA...





No comments:

Post a Comment