''Gili'' ternyata nggak Cuma ada di Lombok doang hlo, Madura juga punya. Namanya Gili
Labak, pulau kecil nan eksotis yang bikin orang pada kepo abis.
Gili Labak secara administratif terletak di
Kabupaten Sumenep, Madura. Sebenernya waktu pertamakali dengar Gili Labak,
pikiranya ‘ah pasti kagak di Jawa nih’. Ternyata, sebrang Surabaya Meskipun
terletak diujung Madura, tapi pengunjungnya lumayan banyak juga, dan sudah
mulai naik daun.
Kita akan overland menuju Gili Labak start
dari Jogja. Menggunakan kereta khas mahasiswa (kereta ekonomi) menuju Surabaya.
Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Kalianget, Sumenep
menggunakan bis AKAS_TERHOKYA !
Tiba disana sudah dini hari, ternyata kita
naik bis terakhir. Sambil nunggu pagi, kita tidur di rumah nelayan. Udah keliatan mana yang pinter nyanyi mana yang pinter ngorok. Dan juga,
saking takut kelaparanya, kita sampai bawa semangka, masih gelondongan.
Ada
tuh mah 2 kilo, dari Surabaya ditenteng ke Madura sampai Gili Labak. Dasar
tukang makan!
Satu satunya transportasi menuju Gili Labak
adalah menggunakan
prahu. Menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Kalianget, cukup bikin mabok laut sih.
Perahu kecil ditaruh
ditengah lautan yang ombaknya gitu, bagi aku nggak biasa. Badan basah kuyup sampai ada serpihan-serpihan garam dimuka. Jadi barang-barang
lebih aman di packing pakai drybag, trashbag, plastik, atau apalah soalnya
bakal kebasahan semua.
![]() |
| Diantara yang mabok laut |
![]() |
| Dia yang mabok cinta, oh durjana |
Untuk melabuhkan perahu di tepi pulau, dibutuhkan air laut yang pasang. Sambil menunggu, kita memutuskan snorkling dulu.
Nyebur kaya dugong, megap-megap kagak bisa napas. Sama Mita dilemparin roti tawar
dari atas perahu, terus kita rebutan roti dilaut kaya ikan kelaparan. Aih !
Spot pertama ini masih biasa aja terumbu karangnya, malah banyak yang rusak. Sedih ya semoga yang snorkling di Gili Labak hati-hati besok.
| Biar kaya orang-orang |
![]() |
| Nak nan abis snorkling makan nasi pecel |
Setelah perahunya di parkir rapi. Kita
segera memindahkan barang menuju pondokan. Nggak tau kenapa aku langsung betah disana.
Lumayan sepi, warganya ramah, indah banget dan apalagi wisatawan nggak semuanya
menginap. Jadi selalu ada momen sepi, apalagi kita datang di hari biasa. Nyebur
terus , JANGAN KASIH DARATAN ! foto terus, SAMPAI FULL MEMORINYA!
![]() |
| Loh Danau Taman Hidup sejak kapan pindah vroh? |
![]() |
| Cuma speechless (sambil nahan laper) |
![]() |
| Ala-ala bocah vantay |
Disore hari aku dan Yudha menyempatkan diri
kongkow-kongkow dilautan sambil nyari sunset. Renang ngga jelas sambil curhat masalah asmara dan gosipin orang sampai petang.
Pokoknya bagi anak hitz sosmed nggak perlu khawatir. Sinyal di Gili Labak masih tergolong kuat,
jangankan upload instagram, balas WA, atau Line, streaming Youtube aja lancar.
Tapi pertanyaanya adalah, kok nggak ada anak kecil seliweran gitu ya?Ternyata, warga disini rata-rata bukan usia produktif lagi. Bahkan, kebanyakan mereka mempunyai dua rumah, satu di Gili Labak satunya di
pulau lain yang lebih dekat kota. Jadi anak cucu mereka tetap bisa sekolah dan
weekend baru pulang ke Gili Labak.
Fasilitas listrik disini juga masih minim,
hanya dinyalakan pada malam hari. Karena nggak ada sumber listrik selain jenset
dan pannel surya yang dimiliki tiap rumah #siapkanpowerbank
![]() |
| Perkampungan di Gili Labak |
Tapi nggak bisa bayangin juga kalo ada yang sakit mendadak itu gimana? Jarak ke Kalianget aja 2 jam an. Gils, mungkin mereka hidup sehat disini. Yaiyalah surga banget lautnya. Warga disini juga membuka warung sebagai tambahan penghasilan, hanya beberapa dan nggak tiap hari buka. Jadi, baiknya bawa bekal yang lebih.
Kesokan harinya, subuh udah pada bangun
langsung tancap ke arah timur nyari sunrise. Terkecuali Yudha yang masih pelor meluk bantal. Tuh anak pelor gila, rekor emang.
Pagi hari menurutku adalah waktu paling tepat untuk cari view antimainstream terlebih lagi udaranya masih fresh. Rekomen banget buat nggodain bintang laut atau nyubit-nyubit ikan dipinggiran.
![]() |
| Detik-detik sebelum oleng |
![]() |
| Pagi. Lah Yudha mana? Biasa masih ileran |
![]() |
| Yang Dipertuan Agung Kameramans |
![]() |
| Me and starfish |
Intinya, bakal rugi banget kalo di Gili Labak nggak nginep. Banyak spot-spot snorkeling yang harus di jelajahi. Kaya kita, meski terlihat serakah tapi cukup berkah.
Aku sih cuma mau bilang, barangkali ada yang hobi naik gunung, moga-moga nggak takut sama ombak. Awal-awal mau snorkeling, ketengah laut dikit tuh udah ciut nyali nya.
Dibilang takut ombak sih nggak mau aku. Lebih tepatnya butuh adaptasi. Toh
ujungnya juga kebetahan di laut. #alesan
Yang snorkling awalnya hanya kita berempat,
aku, Inon, Bayu dan Yudha. Eria bagaikan emaknya dari jauh ngefotoin sama
ngeliatin kita wira-wiri heboh jumpalitan dilaut. Sedangkan Mita bobo adja soalnya agak nggak
enak body.
Faktanya disini adalah setiap Inon teriak ''Woy pek ada dori woy !!!'' , ''Woy pek ada nemo woy!!!'' atau ''Woy pek ada ikan bagus !!!'' kita
langsung ngejar Inon. Entah itu airnya keublek-ublek sama gerakanya Inon yang
kaya raksasa musuh nya Ultramen
(bayangin plis), pas kita nyampai disitu dori pun tak
ada, nemo pun pergi. Itu berulang-ulang terus dilakuin sama Inon. Sampai aku
sama Bayu murka sendiri.
| Break ! Selfie dulu |
| Ter-DUGONG 2017 |
Nggak lama pun Eria ikutan snorkeling, dan fakta kedua disini adalah Eria baru bisa ngeliat tuh keindahan laut setelah 20 menit nyebur dilaut. Karena doi takut ombak, jadi pertamanya ngangkakng-ngangkang dilaut dulu dan selalu teriak ''mana ikanya mana...???'' setiap kita tunjukin nggak bisa liat dianya. Dan parahnya kita sibuk sendiri, tanpa ngeliat Eria yang kadang keseret ke pinggiran.
Demi pertemanan murni, akhirnya kita tarik
pelampungnya, bawa ke agak dalam, ditenggelemin semena-mena (ngakak sumpah kalo
keinget) dan.... dia liat ikan sama terumbu karang!!!! yeeeee applause !!!
Menjelang siang ketika air pasang adalah waktu yang tepat untuk kembali. Lumayan recharge dan relaksasi pikiran di Gili Labak. Hope to see you again !
![]() |
| FULL TEAM |
ITIRENARY
· Kereta
ekonomi (Logawa) Jogja –Sby :
IDR74.000
· Bis AKAS
Ekonomi AC Sby – Kalianget: IDR50.000
· Sewa
perahu :
IDR700.000 IDR1.000.000 (sesuai jumlah orang, lamanya waktu,plus dokumentasi,
pelampung, kacamata snorkle, ijin masuk)
· Sewa
penginapan :
IDR150.000 / kamar (tergantung kelas)
· Angkot
Kalianget- T. Sumenep :
@IDR10.000 (bis tidak selalu ada dari Kalianget)
· Makan :
sesuai selera dan keserakahan masing-masing 😁












